Munculnya perilaku membangkang pada anak merupakan bentuk penolakan yang dilakukan oleh anak terhadap perintah dan panggilan yang tidak disukai. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan penolakan anak pada anak yang membangkang, yaitu
ketika panggilan atau perintah dilakukan kepada anak yang sedang dalam kondisi serius atau asyik dengan aktifitasnya (asyik menonton TV atau asyik bermain video game atau permainan lainnya).
Anak yang memang pada dasarnya tidak memahami perintah atau permintaan orang lain pada dirinya, dan ada juga penolakan yang terjadi dalam bentuk pengendalian emosi pada anak yang sedang menghadapi pencarian jati diri.
Ada beberapa bentuk penolakan atau pembangkangan yang dilakukan oleh anak biasanya diperlihatkan dalam beberapa sikap, antara lain misalnya dengan cara membanting pintu, cemberut, menyentak-nyentakkan kaki, diam atau tidak bereaksi ketika dipanggil, dan cuek ketika sedang diajak bicara. Kejadian atas perilaku penolakan anak tersebut pasti akan menimbulkan perasaan orang lain menjadi ingin marah, menyerang, dan memaksakan kehendak agar anak mau melakukan apa yang diperintahkan olehnya.
Dalam hal ini sebagai orangtua yang bijaksana tentulah tidak akan menanggapi penolakan anak dengan spontan dan tergesa-gesa. Dengan timbulnya perdebatan dan pertentangan yang tak terkendali berakibat semakin parahnya penolakan yang dilakukan oleh anak akan membuat situasi semakin tegang dan ini dapat membahayakan, terutama jika terjadi kontak fisik/kekerasan antara orangtua dan anak.
Marilah kita bertindak dengan tenang dalam menghadapi kejadian penolakan anak ini, dengan demikian orangtua pasti akan dapat memahami latar belakang apa yang menyebabkan anak mereka membangkang pada kita atau menolak panggilan dan perintah kita.
Banyak sekali kemungkinan kenapa anak menolak perintah atau panggilan orangtua. Mungkin karena anak kita ingin mendapatkan perhatian. Mungkin juga anak menginginkan sentuhan yang dapat membuatnya merasa tentram dan dimengerti seperti pelukan, ciuman, dan usapan kepala yang penuh kehangatan.
Kemungkinan yang lainnya anak sedang marah kepada orangtua terhadap sesuatu yang ia inginkan tetapi tidak dipenuhi oleh orang tua. Atau juga bisa saja penolakan yang terjadi hanya karena sekedar meniru perilaku penolakan seseorang dan yang sangat sering di tiru adalah kedua orang tuanya sendiri.
Dengan menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dengan cara mengganti ucapan orang tua yang bernada perintah maupun paksaan diganti dengan sebuah ’ajakan’ yang tentu akan lebih menyenangkan.
Sehingga anak akan merasa senang sekali melakukan apa yang menjadi harapan dan keinginan orangtuanya dan mereka pun akan merasa nyaman menerima kehadiran orangtuanya.
Dengan cara memahami kondisi anak dengan cara pendekatan yang menyenangkan dan dengan sentuhan fisik yang penuh kelembutan sebelum memerintah atau memanggilnya, ini akan dapat mengurangi konflik atau ketegangan di antara orangtua dengan anak.

Sumber: Pesan Sahabat Untuk Sahabat            

Diposting oleh Rahmawati Blog on Sabtu, 24 September 2011

0 komentar

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Selamat Datang

Selamat datang di Blog Kontemplatif Cendekia, media yang mengajak Anda untuk sejenak merenung dan menjadi lebih bijak dalam melangkah.

Jam dan Tanggal

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Visitors

free counters

About Me

Foto Saya
Rahmawati Blog
Lihat profil lengkapku