I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan siswa yang ada di dalam kelas acap kali sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan di kelas. Bila pengajar mengikuti kelompok siswa yang pertama, kelompok yang kedua merasa ketinggalan kereta, yaitu tidak dapat menangkap pelajaran yang diberikan. Sebaliknya, bila pengajar mengikuti kelompok yang kedua, yaitu mulai dari bawah, kelompok pertama akan merasa tidak belajar apa-apa dan bosan. 

Untuk mengatasi hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dipilih. Pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran dan kedua, sebaiknya materi pelajaran disesuaikan dengan siswa.
Pendekatan pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran, dapat dilakukan sebagai berikut:
1.  Seleksi Penerimaan Siswa
a.       Pada saat pendaftaran siswa diwajibkan memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan program pendidikan yang akan diambilnya;
b.      Setelah memenuhi syarat-syarat pendaftaran di atas, siswa mengikuti tes masuk dalam pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan program pendidikan yang akan ditempuhnya.
Proses seleksi ini sering dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah dalam menyeleksi calon siswa untuk memasuki sekolah-sekolah menengah negeri yang ingin memilih calon siswa yang baik.
2. Tes dan Pengelompokan Siswa
Setelah melalui seleksi seperti dijelaskan dalam butir 1, masih ada kemungkinan peng-ajar menghadapi masalah heterogennya siswa yang mengambil mata pelajaran tertentu. Karena itu, perlu dilakukan tes sebelum mengikuti pelajaran untuk mengelompokkan siswa yang boleh mengikuti mata pelajaran tersebut. Selanjutnya atas dasar hasil tes setiap kelompok tersebut mengikuti tingkat pelajaran tertentu. Tes dan pengelompokan ini biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga pengelola kursus bahasa Inggris.

3. Lulus Mata Pelajaran Prasyarat
Alternatif lain untuk butir 2 di atas adalah mengharuskan siswa lulus mata pelajaran yang mempunyai prasyarat. Dalam suatu program pendidikan seperti di sekolah menengah pertama terdapat sebagian kecil mata pelajaran yang seperti itu.
Pendekatan kedua, materi pelajaran disesuaikan dengan siswa. Pendekatan ini hampir tidak memerlukan seleksi penerimaan siswa. Pada dasarnya, siapa saja boleh masuk dan mengikuti pelajaran tersebut.  Siswa yang masih belum tahu sama sekali dapat mempel-ajari materi pelajaran tersebut dari bawah ini karena materi pelajaran memang disediakan dari tingkat itu. Siswa yang sudah banyak tahu dapat mulai dari tengah atau atasnya. Bahan pelajaran itu didesain untuk dapat menampung siswa dalam tingkat kemampuan awal manapun. Selanjutnya siswa dapat maju menurut kecepatan masing-masing, karena bahan tersebut didesain untuk hal tersebut. Walaupun pada dasarnya tidak perlu seleksi, bila mata pelajaran tersebut diberikan dalam rangka program pendidikan formal, seleksi penerimaan siswa tetap diadakan. Seleksi ini untuk menerima siswa yang dapat memenuhi syarat pen-didikan secara formal, misalnya harus mempunyai ijazah SMTA untuk masuk universitas terbuka, atau ijazah SD untuk SMTP terbuka. Seleksi tersebut sangat longgar, karena materi pelajarannya didesain untuk menampung siswa yang heterogen. Pendekatan kedua ini belum bisa dilakukan dalam sistem pendidikan di luar pendidikan jarak jauh atau sistem pendidikan yang memberikan pelajaran secara klasikal.
Kedua pendekatan di atas bila dilakukan secara ekstrem, tidak ada yang sesuai untuk mengatasi masalah heterogennya siswa dalam sistem pendidikan biasa. Karena itu, marilah kita lihat pendekatan ketiga yang mengkombinasikan kedua pendekatan di atas. Pendekatan ketiga ini mempunyai ciri sebagai berikut:
a.    Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan atau ijazah. Seleksi ini biasanya lebih bersifat administratif.
b.    Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik awal siswa. Tes ini tidak digunakan sebagai alat menyeleksi siswa, tetapi untuk dijadikan dasar penyusunan bahan pelajaran.
c.    Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik awal siswa.
d.   Menggunakan sistem instruksional yang memungkinkan siswa maju menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.
e.    Memberikan supervisi kepada siswa secara individual.
Dari uraian singkat tersebut diperoleh gambaran bahwa perilaku dan karakteristik awal siswa penting karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional.
B. Rumusan Masalah
Berlatar belakang dari kenyataan di atas, pada makalah ini akan membicarakan apa yang dimaksud dengan mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa tersebut, manfaatnya, serta bagaimana cara melaksanakannya.
C. Tujuan
Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan uraian mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara melaksanakannya.
D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan  dapat memberi manfaat secara:
1.      teoritis, yaitu untuk mengkaji pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, manfaatnya, dan bagaimana cara melakukannya.
2.      praktis, dapat bermanfaat bagi:
mahasiswa supaya memahami pengetahuan mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, agar dapat memanfaatkannya dalam menerapkan selaku seorang perencana/perancang instruksional pengajaran.














II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Langkah-langkah dalam desain instruksional ini mengacu kepada langkah-langkah desain instruksional yang diungkapkan oleh Suparman (2004) sebagai berikut.
Gambar 1
Model Desain Instruksional


 
















Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran, bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti pelatihan. Konsekuensi dari digunakannya cara ini adalah: titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa. Jadi, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa/peserta didik dan lingkungan adalah bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya . Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa. Untuk melakukan kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, maka kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang antara lain adalah:
1.  Siswa, mahasiswa dan yang lainnya.
2.  Orang yang mengetahui kondisi siswa seperti guru atau atasannya.
3.  Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan mata pelajaran.
Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi sasar-an dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional, itu perlu di-identifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai sibelajar untuk diajarkan. Dengan demikian pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi si belajar yaitu: aspek-aspek analisis pada kegiatan identifikasi perilaku dan karakterisitk awal siswa. Dalam hal ini ada empat aspek kepribadian si belajar yang tergolong pada kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, yaitu :
1.    Kemampuan Dasar;
2.    Latar belakang pengalaman;
3.    Latar belakang sosial;
4.    Perbedaan individual.

B.  Manfaat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar. Kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.
Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.

C. Cara Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
1. Perilaku Awal Siswa
Identifikasi perilaku peserta didik dilakukan dengan memberikan pree-testing yakni tes awal yang dilakukan sebelum dimulai pembelajaran, yang dimaksudkan untuk menguji entry-behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan dengan tujuan pembelajaran tertentu yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan berkenaan dengan program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga pendidikan tertentu. (Syahidah, 2012)
Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berfikir, gaya belajar dan lain-lainnya dapat dilakukan dengan bantuan tes baku yang telah dirancang oleh para ahli. (Abdurrohim, 2011)
Siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, atau sasaran didik kegiatan instruksional itu? Istilah itu digunakan untuk menanyakan dua hal tentang perilaku siswa: Pertama, menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa. Kedua, menanyakan sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.
Pertanyaaan di atas sangat penting dijawab oleh pengembang instruksional sehingga sejak permulaan kegiatan instruksional telah dapat disesuaikan dengan siswa yang akan mengikutinya. Jawaban itu merupakan pula suatu batasan bagi siswa yang bermaksud mengikuti pelajaran tersebut, sehingga bila mempunyai  perilaku awal tersebut, siswa  sebaiknya tidak mengikuti pelajaran tersebut.
Populasi sasaran dirumuskan secara spesifik seperti contoh di bawah ini:
1.    Mata pelajaran ini disediakan bagi siswa yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pendaftaran pada sekolah ini pada tahun ajaran atau semester ini;
b. Setelah lulus mata pelajaran A.
2.    Pelajaran ini disusun bagi siswa kelas dua SMA yang mempunyai minat dalam kelompok bidang studi A1 (IPA kalau sekarang).
3.  Kursus ini disediakan bagi karyawan pemerintah atau perusahaan swasta yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a.    Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam bidang X atau setaraf;
b.    Telah pernah mengikuti dan lulus dalam kursus Y;
c.    Menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif untuk membaca dan mendengarkan kuliah dalam bahasa Inggris.
Perumusan populasi sasaran seperti contoh tersebut di atas memang dapat membantu kelancaran penyelenggaraan kegiatan instruksional. Perumusan populasi ini biasanya diterapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan. Tetapi seorang pengembang instruksional masih perlu mencari informasi lebih jauh tentang kemampuan populasi sasaran yang dimaksud dalam menguasai setiap perilaku khusus yang telah dirumuskan dalam analisis instruksional. Anda masih ingat bukan? Perilaku-perilaku khusus itu tersusun secara hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi kegiatannya atau dua di antaranya tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus itu perlu diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai siswa sehingga perlu diajarkan kembali, dan mana yang belum dikuasai siswa untuk diajarkan. Dengan demikian, pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi siswa. (Suparman, 2004: 148)
Ada tiga macam sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional, yaitu:
1.    Siswa atau calon siswa; 
2.    Orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon siswa dari dekat seperti guru atau atasannya;    
3.    Pengelola program pendidikan yang biasa mengajar mata pelajaran tersebut.
Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu kuisioner, interview dan observasi, serta tes. Teknik tersebut dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa. Subjek yang memberikan informasi diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasaan siswa atau calon siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).
Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes penampilan siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes seperti itu tidak tepat dilakukan karena dirasakan kurang etis, kesulitan teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin dilakukan karena sebab yang lain, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala penilaian tersebut diisi oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sebagai self-report. 
Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan. Titik berangkat atau permulaaan perjalanan yang harus diberikan pada siswa. Titik itu adalah perilaku khusus di atas garis batas yang telah dikuasi siswa atau calon siswa.
Apa beda kegiatan ini dengan proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional? Pertama, kebutuhan instruksional untuk mengidentifikasi benar tidaknya masalah yang dihadapi harus diselesaikan dengan menyelenggarakan kegiatan instruksional. Sedangkan mengidentifikasi perilaku awal tidak berhubungan dengan masalah tersebut. Kedua, kebutuhan intruksional untuk mengidentifikasi perilaku umum yang akan dijadikan tujuan instruksional umum. Sedangkan kegiatan mengidentifikasi  perilaku awal untuk mengidentifikasi perilaku khusus yang telah dikuasai siswa. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku awal ini akan dijadikan pedoman untuk menetapkan perilaku-perilaku khusus yang tidak perlu diajarkan lagi dan perilaku-perilaku khusus yang masih harus diajarkan. Dengan demikian hasil kegiatan tersebut dapat pula digunakan  untuk menetapkan titik berangkat dalam mengajar. (Suparman, 2004: 148)
Informasi yang diperoleh dari siswa, masyarakat, dan pendidik tidak selalu sejalan. Pengetahuan dan keterampilan yang dirasakan telah cukup dikuasai oleh siswa, adakalanya dinilai sebaliknya oleh sumber informasi yang lain. Demikian pula pengetahuan atau keterampilan yang dianggap tidak penting dan tidak relevan oleh siswa, mungkin dianggap sebaliknya oleh pendidik. Dalam hal seperti itu pengembang instruksional yang melakukan kegiatan identifikasi perilaku awal siswa menafsirkan data dengan lebih hati-hati. Walaupun pada dasarnya pengembang instruksional harus lebih memusatkan perhatian pada informasi yang diperoleh dari siswa, data dari sumber lain tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk data yang sulit ditafsirkan karena perbedaan pendapat berbagai pihak seperti yang digambarkan tadi, perlu diadakan pendekatan seminar atau pertemuan kecil yang diikuti berbagai pihak yang bersangkutan dan pengembang program agar dapat ditarik kesimpulan yang lebih tepat.
2. Karakteristik Awal Siswa
Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pe-ngembangan instruksional. Minat siswa pada umumnya, misalnya pada olahraga, karena sebagian besar siswa adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam memberi-kan contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang kurang dalam membaca bahasa Inggris merupakan masukan pula bagi pengembang instruksional untuk memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak berbahasa Inggris atau menerjemahkan-nya terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.
Demikian pula bila siswa senang dengan lelucon, pendesain instruksional sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi instruksionalnya. Bila siswa sebagian besar tidak mempunyai video di rumah, pedesain instruksional tidak dapat membuat program video untuk dipelajari siswa di rumah. Informasi di atas perlu dicari oleh pengembang instruksional sehingga ia dapat mengembangkan sistem instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kuisioner, interview, observasi, dan tes. Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak ; sampai dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si belajar mampu , hal-hal apa yang memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktor-faktor akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar si pelajar.
Informasi yang dikumpulkan terbatas kepada karakteristik siswa yang ada manfaat-nya dalam proses pengembangan instruksional.

D. Latihan 
Berikut ini latihan untuk dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. Latihan ini akan memakan waktu yang cukup panjang, karena harus mengumpulkan data dari lapangan. Ikutilah latihan ini dengan tekun.
1.    Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari orang-orang yang dekat dan dapat menilai kemampuan populasi sasaran dengan cara:
a.    Tulislah kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam kegiatan analisis intruksional;
b.    Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian sebagai berikut:
No.
Perilaku Khusus
Baik
Buruk




Keterangan:
Kolom 1             : Nomor urut
Kolom 2             : Perilaku khusus yang telah dihasilkan dalam analisis instruksional
Kolom 3 dan 4   : Skala penilaian.
c.    Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;
d.   Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang dekat dan dapat menilai kemampuan populasi sasaran seperti atasan dan guru mereka. Jumlah penilai ter-gantung kepada besarnya populasi sasaran. Untuk siswa dalam jumlah kecil, sekitar 10–20 responden sudah cukup memadai. Untuk siswa dalam jumlah besar dan ruang lingkup nasional misalnya, diperlukan sekitar 30 sampai 50 responden;
e.    Kumpulkan hasil isian tersebut.
2.  Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari sampel siswa. Di samping data dari orang-orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis intruksional;
b.    Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);
c.    Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;
d.   Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran. Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki ciri-ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang representatif;
e.    Kumpulkan hasil isian tersebut.
3.    Kumpulkan data perilaku awal siswa dengan menggunakan observasi dan tes. Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkan data perilaku awal siswa yang telah dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes adalah cara yang lebih mantap, karena dapat mengumpulkan data yang lebih tegas. Observasi dilakukan untuk menilai kemampuan yang bersifat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan atau keterampilan. Skala penilaian seperti butir 1 di atas dapat digunakan dalam observasi tersebut. Bedanya adalah: skala penilaian yang digunakan dalam observasi diisi oleh orang yang mengobservasi (mengamati) kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Sedangkan dalam butir 1 di atas diisi oleh atasan atau guru atas dasar pendapat mereka tanpa mengamati langsung kegiatan siswa yang sedang dinilai. Tes digunakan untuk menilai kemampuan yang bersifat kognitif. Bila Anda dapat menggunakan observasi dan tes, cara dalam butir 1 dan 2 di atas tidak diperlukan lagi.
4.    Kumpulkanlah data karakteristik awal siswa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang karakteristik siswa seperti:
1)   Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;
2)   Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-citakan untuk menjadi bidang keahliannya;
3)   Kesenangan (hobi);
4)   Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;
5)   Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-hari;
6)   dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.
b.    Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi sasaran;
c.    Kumpulkan hasilnya.
5.    Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan 2 atau butir 3 saja untuk menentukan perilaku awal yang telah dikuasai populasi sasaran. Kelompokkan perilaku yang mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari perilaku yang masih sedang, kurang atau buruk.
6.    Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:
a.    Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Perilaku-perilaku ini tidak akan diajarkan kembali kepada siswa;
b.    Perilaku-perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk. Perilaku-perilaku tersebut akan diajarkan kepada siswa. 
7.    Susunlah urutan perilaku yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pelajaran.
8.    Tafsirkanlah data tentang karakteristik siswa untuk menggambarkan hal sebagai berikut:
a.    Lingkungan budaya;
b.    Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;
c.    Kesenangan (hobi);
d.   Bahasa yang dikuasai;
e.    Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;
f.     dan lain-lain.      
Data tentang karakteristik siswa disimpan dahulu untuk digunakan dalam menyusun strategi instruksional pada tahap selanjutnya.

E. Hasil Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Berikut ini merupakan hasil identifikasi perilaku dan karakteristik awal terhadap siswa kelas 9 di MTs Negeri Kangkung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten OKU Timur. Identifikasi dilakukan pada siswa kelas 9.A–C secara acak sebanyak 25 siswa, dengan rincian: (9.A: 9 siswa, 9.B: 8, dan  9.C: 8 siswa).  
Adapun identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dalam rencana pemberian materi pembelajaran dari Kompetensi Dasar (KD)  ke-12 Pelajaran Bahasa Indonesia semester 2, yaitu: “Menyusun Karya Tulis Ilmiah sederhana dengan menggunakan berbagai sumber”.  Langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data perilaku awal siswa dari hasil tes dengan cara :
1)        Menuliskan kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil dibuat dalam kegiatan analisis instruksional, yakni :
a)    Menjelaskan pengertian karya tulis ilmiah;
b)   Membedakan karya tulis yang ilmiah dengan yang bukan ilmiah;
c)    Menjelaskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah;
d)   Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah;
e)    Menentukan topik  karya tulis ilmiah;
f)    Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah;
g)   Menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah;
h)   Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah;
i)     Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah;
j)     Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah;
k)   Menuliskan sebuah karya tulis ilmiah sederhana.
2)    Membuat penilaian tes awal, yakni sebagai berikut :
Petunjuk penilaian
a)  Untuk membantu mengembangkan desain instruksional, maka diharapkan agar menjawab pertanyaan dengan yang sebenarnya.
b)  Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan menjawabnya sesuai kemampuan Kalian!
Tabel 1. Tes Awal yang Disesuaikan dengan Perilaku Khusus
No.
Perilaku Khusus
Tes Awal
1.
Menjelaskan pengertian karya tulis ilmiah.
Jelaskan pengertian karya tulis ilmiah!
2.
Membedakan karya tulis yang ilmiah dengan yang bukan ilmiah.
Sebutkan  perbedaan karya tulis yang ilmiah dengan yang bukan ilmiah!
3.
Menjelaskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.
Jelaskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah!
4.
Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah.
Sebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah!
5.
Menentukan topik  karya tulis ilmiah.
Bagaimanakah cara menentukan topik  karya tulis ilmiah?
6.
Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah.
Jelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah!
7.
Menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah.
Bagaimanakah cara menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah?
8.
Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah.
Jelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah!
9.
Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah.
Bagaimanakah cara menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah?
10.
Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah.
Bagaimanakah cara menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah?
11.
Menuliskan karya tulis  ilmiah sederhana.
Bagaimanakah cara menuliskan karya tulis  ilmiah sederhana?
Tes penilaian awal ini diberikan langsung oleh guru bidang studi yang mengajar siswa tersebut. Selanjutnya melihat hasil penilaian tes, dan ini dilakukan langsung oleh guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu memberi tanda contereng (V) pada kolom skala penilaian ( kolom 3 dan 4 ) sesuai dengan hasil tes awal  siswa.
Tabel 2.
Hasil Penilaian Tes Awal
No.
Perilaku Khusus
Dimiliki
Belum Dimiliki
1.
Menjelaskan pengertian karya tulis ilmiah.


2.
Membedakan karya tulis yang ilmiah dengan yang bukan ilmiah.


3.
Menjelaskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.


4.
Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah.


5.
Menentukan topik  karya tulis ilmiah.


6.
Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah.


7.
Menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah.


8.
Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah.


9.
Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah.


10.
Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah.


11.
Menuliskan karya tulis  ilmiah sederhana.



3) Untuk mendapatkan data karakteristik awal siswa maka para siswa diharapkan mengisi/menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a)  Nama                                                     :
Tempat tanggal lahir                              :
Tempat tinggal                                       :
Pekerjaan yang dicita-citakan                :
Hobi                                                       :
Bahasa                                                   :
Alat-alat audio visual yang dimiliki      :
b)  Apakah kamu pernah menulis karya tulis ilmiah?
1. Ya / Tidak  2. Belum / Tidak
Tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan
c)  Jika ya, apakah telah melakukan kegiatan menulis di sekolah atau lingkungan tempat kamu tinggal?
1. Ya / Tidak 2. Belum / Tidak
d) Apakah kamu bercita-cita jadi penulis?
1. Ya/ Tidak
4) Pengelompokan perilaku awal yang telah dikuasai oleh siswa. Perilaku yang didapat  yaitu nilai baik dan buruk. Perilaku yang mendapat nilai baik berarti siswa dianggap sudah memiliki perilaku akan materi yang akan diajarkan tersebut. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai buruk, berarti dianggap belum memiliki penguasaan akan materi/perilaku tersebut .
5)  Berdasarkan data dan pengamatan penulis tentang karakteristik siswa, dapat diketahui bahwa:
a)  Lingkungan Budaya;
     Lingkungan budaya yang berkembang di daerah ini adalah budaya Komering.
b)  Pekerjaan;
     Pekerjaan yang dicita-citakan: guru, polisi, pengusaha, perawat, bidan, dan  dokter.
c)  Hobi dan kesenangan;
Hobi,  kesenangan para peserta pelatihan sangat beragam, namun sebagian besar 
     hobi dengan kegiatan olah raga, musik dan  membaca.
d)  Bahasa yang digunakan;
      Bahasa daerah setempat (bahasa Komering), Palembang, dan Bahasa Indonesia.
e)  Alat-alat audio visual yang dimiliki : HP, Televisi,  tape recorder, dan DVD.
Untuk pertanyaan kuisioner bagian b, c, dan d, hanya ada lima siswa yang menjawab mencontreng “ya” pada bagian pernah menulis karya ilmiah, yaitu di majalah dinding (lingkungan sekolah). Selain itu, hanya ada dua orang siswa yang berkeinginan menjadi penulis.
Tabel 3.
Daftar Siswa yang Diidentifikasi dan Hasil Penilaian
No.
Nama
Kelas
Perilaku No.
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1.
Dadang Wardana
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
2.
Ika Kania Putri
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
3.
Lidia Dara Puspita
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
No.
Nama
Kelas
Perilaku No.
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
4.
Mentari Sri Wahyuni
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
5.
M. Khasbi Assidiki
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
6.
Nike Oktariani
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
7.
Okta Eryanti
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
8.
Pemi Susiska
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
9.
Rohmad
9.A
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
10.
Dedi Ardoni
9.B
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dimiliki
11.
Dwi Melki Ibrahim
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
12.
Heriansyah
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
13.
Inas Agustina
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
14.
Nurhayati
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
15.
Sandi Rusamda
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
16.
Aspa Andriyansah
9.B
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dimiliki
17.
Suriansyah
9.B
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
18.
Arina
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
19.
Febrianto
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
20.
Samroh
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
21.
Ina Marlina
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
22.
Haris Munandar
9.C
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dimiliki
23.
Tiara Agustin
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki
24.
Tri Muhammad Rizki
9.C
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dimiliki
25.
Sodri
9.C
v
v
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1 dan 2 dimiliki

Kesimpulan: perilaku 1 dan 2 rata-rata sudah dimiliki oleh siswa

Dari data hasil tes awal perilaku khusus dan analisis karakteristik siswa di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua perilaku yang sudah dimiliki oleh siswa dan tidak perlu diberikan lagi untuk materi pembelajaran Kompetensi Dasar (KD)  ke-12 Pelajaran Bahasa Indonesia semester 2, yaitu: “Menyusun Karya Tulis Ilmiah sederhana dengan mengguna-kan berbagai sumber”. Secara lengkap daftar perilaku khusus yang sudah dimiliki dan belum dimiliki oleh siswa MTs N Kangkung kelas IX adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Daftar Perilaku Khusus yang Dimiliki dan Belum Dimiliki
Siswa Kelas IX (Sembilan) MTsN Kangkung OKU Timur

No.
Perilaku Khusus yang Dimiliki
No.
Perilaku Khusus yang Belum Dimiliki
1.
Menjelaskan pengertian karya tulis ilmiah.
1.
Menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.
2.
Membedakan karya tulis yang ilmiah dengan yang bukan ilmiah.
2.
Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah.


3.
Menentukan topik karya tulis ilmiah.


4.
Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah.


5.
Menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah.


6.
Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah.


7.
Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah.


8.
Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah.


9.
Menuliskan karya tulis  ilmiah sederhana.










III.  PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut yang bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu.
2. Kegiatan ini memberi manfaat:
a.    Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran;
b.    Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa akan merupa-kan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa.
3. Cara melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a.    Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran;
b.    Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner;
c.    Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan siswa.

B. Saran
Guru kiranya dapat memahami pengetahuan mengenai kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, serta dapat memanfaatkannya dalam menerapkan selaku seorang perencana/perancang instruksional pengajaran.








SUMBER REFERENSI

Ibrrohim, D. 2011. Melakukan Analisis Pembelajaran. http://dudungabdu.wordpress.com/2011/12/09/2-melakukan-analisis-pembelajaran/ Diunduh 1 Maret 2012.

Moeviccloes. 2010. Identifikasi Prilaku dan Karakteristik Awal Peserta Pelatihan.  


Suparman, A. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syahidah, I. 2012. Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Siswa. http://syahidahidah81.blogspot.com/2012/01/analisis-pembelajaran-dan-identifikasi.html. Diunduh 1 Maret 2012.






Diposting oleh Rahmawati Blog on Rabu, 20 Juni 2012

0 komentar

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Selamat Datang

Selamat datang di Blog Kontemplatif Cendekia, media yang mengajak Anda untuk sejenak merenung dan menjadi lebih bijak dalam melangkah.

Jam dan Tanggal

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Visitors

free counters

About Me

Foto Saya
Rahmawati Blog
Lihat profil lengkapku