A. Pengertian Evaluasi
Formatif
Ada dua jenis
evaluasi, yakni evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Tujuan evaluasi sumatif
membandingkan efektivitas beberapa jenis produk untuk memilih salah satu yang
terbaik dan menyingkirkan yang lainnya, merupakan suatu proses yang menentukan
mana produk yang boleh digunakan terus dan mana yang harus dihentikan atau
tidak boleh digunakan. Jenis evaluasi ini tidak menghasilkan petunjuk bagi
orang yang mengevaluasi tentang bagian mananya dari kurikulum atau program
instruksional itu yang harus direvisi.
B. Empat Tahap Evaluasi
Formatif
Idealnya,
pengembang instruksional melakukan empat tahap evaluasi formatif, yaitu reviu
oleh ahli bidang studi di luar tim pengembang instruksional, evaluasi satu-satu
(one-to-one evaluation), evaluasi
kelompok kecil dan uji coba lapangan.
1. Review
Oleh Ahli Bidang Studi
Reviu
oleh ahli bidang studi di luar pengembang instruksional penting artinya untuk
mempermudah pendapat orang lain, sesama ahli dalam bidang studi, khususnya tentang
ketepatan isi atau materi produk instruksional tersebut. Di samping itu,
dilakukan pula reviu ahli desain
fisik dan ahli media lain. Masukan dari para ahli lain ini perlu segera
digunakan untuk merevisi produk instruksional tersebut.
Masukan yang diharapkan dari ahli
lain adalah:
a. Kebenaran isi atau materi menurut bidang ilmunya dan relevansinya
dengan tujuan instruksional;
b. Ketepatan perumusan TIU;
c. Relevansi TIK dengan TIU;
d. Ketepatan perumusan TIK;
e. Relevansi tes dengan tujuan instruksional;
f. Kualitas teknis penulisan tes;
g. Relevansi strategi instruksional dengan tujuan instruksional;
h. Relevansi produk atau bahan instruksional dengan tes dan tujuan
instruksioal;
i. Kualitas teknis produk instruksional.
Review
oleh ahli lain ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Tim pengembang
instruksional mengundang beberapa ahli di luar pengembang instruksional yang
terdiri atas:
1)
1-3 orang ahli bidang studi;
2)
1-3 orang ahli pengembang
instruksional lain;
3)
1-3 orang ahli produksi media.
b. Tim menjelaskan proses yang telah dilaksanakan dalam mengembangkan
bahan instruksional tersebut kepada para
ahli yang diundang.
c. Meminta komentar
tentang kualitas bahan instruksional tersebut dari sudut pandangan keahlian
masing-masing. Komentar ini dapat diperoleh dengan salah satu cara sebagai
berikut:
1)
Memeberikan kuesioner untuk
diisi;
2)
Wawancara;
3)
Diskusi terbuka dengan membahas
kualitas bahan instruksional secara bersamaan antara seluruh ahli yang diundang
dengan seluruh anggota tim pengembang instruksional.
Kegiatan review tersebut di atas
menuntut keterbukaan setiap anggota tim pengembang intruksional dengan sikap
menerima semua komentar walaupun mungkin tidak relevan. Selama kegiatan review tersebut setiap
anggota tim pengembang hanya dapat meminta kejelasan tentang pendapat ahli lain
apabila pendapat tersebut dirasa belum jelas atau dianggap kurang benar. Sikap
untuk menolak atau menerimanya harus ditentukan oleh tim setelah selesai kegiatan
review tersebut.
Dengan perkataan
lain, kesabaran, ketekunan mendengarkan, dan mencatat komentar ahli lain
merupakan kunci keberhasilan kegiatan review
tersebut. Hasil kegiatan review
tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk kemudian digunakan dalam merivisi
produk instruksional tersebut.
2.
Evaluasi Satu-satu
Evaluasi
satu-satu dilakukan antara pengembang instruksional dengan dua atau tiga
mahasiswa secara individual. Mahasiswa yang dipilih adalah yang mempunyai
ciri-ciri seperti populasi sasaran. Ketiga mahasiswa tersebut berasal dari
mahasiswa yang mempunyai kemampuan sedang, di atas sedang, dan di bawah sedang.
Maksud evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi
kesalahan-kesalahan yang secara nyata terdapat dalam bahan instruksional.
Disamping itu evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan komentar dari
mahasiswa tentang isi pelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan
evaluasi satu-satu adalah sebagai berikut:
a. Pengembang instruksional menjelaskan maksud evaluasi tersebut kepada
mahasiswa, yaitu mendapatkan komentarnya terhadap bahan-bahan
instruksional yang baru saja selesai
dikembangkan.
b. Pengembang instruksional mendorong mahasiswa untuk mengikuti
kegiatan instruksional sebaik-baiknya dalam waktu yang telah ditentukan. Bila
yang dievaluasi berupa bahan belajar mandiri atau PBS, pengembang instruksional
mengajak mahasiswa membaca bahan belajar tersebut bersamanya dan mendiskusikan
pengertiannya.
c. Pada akhir pelajaran mahasiswa diberi tes.
d. Pengembang instruksional mendorong mahasiswa untuk memberikan
komentar dengan leluasa tentang kegiatan instruksional yang diikutinya,
terutama isi pelajaran atau bahan instruksional dan tes. Keterampilan
pengembang instruksional dalam berinteraksi atau wawancara dengan mahasiswa
akan menentukan kualitas informasi yang diperolehnya. Pengembang instruksional
harus menempatkan diri dan bersikap untuk berusaha memahami komentar mahasiswa
tentang bahan instruksional yang telah diproduksinya tanpa merasa tersinggung,
apalagi mencoba mempertahankannya. Tanpa sikap positif seperti itu usaha
evaluasi akan sia-sia.
e. Pengembang instruksional mencatat komentar mahasiswa dan
menyimpulkan implikasinya terhadap perbaikan kegiatan instruksional secara
keseluruhan termasuk terhadap bahan instruksional.
Hasil
evaluasi satu-satu ini langsung digunakan untuk merevisi kegiatan nstruksional
termasuk bahan instruksional.
3. Evaluasi
Kelompok Kecil
Setelah
direvisi berdasarkan masukan evaluasi satu-satu, produk instruksional tersebut
dievaluasi lagi dengan menggunakan sekelompok kecil mahasiswa yang terdiri atas
8-12 orang. Kelompok kecil mahasiswa ini harus representative untuk mewakili
populasi sasaran yang sebenarnya. Diantara mereka tidak termasuk tiga orang
mahasiswa yang telah ikut dalam evaluasi satu-satu. Maksud evaluasi kelompok
kecil ini adalah mengidentifikasi kekurangan kegiatan instruksional setelah
direvisi berdasarkan evaluasi satu-satu. Masukan yang diharapkan bukan saja
tentang bahan instruksional, melainkan juga proses instruksional.
Langkah-langkah yang harus ditempuh
pengembang instruksional adalah:
a. Mengumpulkan mahasiswa yang menjadi sampel di suatu ruangan dan
menjelaskan maksud evaluasi ini, yaitu untuk mendapatkan umpan balik dalam
rangka merevisi produk instruksional tersebut.
b. Menjelaskan kegiatan instruksional yang akan dilakukan dan mendorong
mahasiswa untuk memberi komentar dengan
leluasa setiap saat, selama kegiatan tersebut berlangsung, tentang kualitas
produk instruksional, baik yang menyangkut bahan instruksional maupun proses
instruksionalnya.
c. Melaksanakan kegiatan instruksional yang diproduksi dan telah
direvisi berdasarkan hasil reviu dan
evaluasi satu-satu.
d. Mencatat komentar mahasiswa terhadap proses dan bahan instruksional
termasuk komentar terhadap tes yang digunakan.
e. Melakukan interviu dan mengajukan kuesioner kepada beberapa
mahasiswa untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang:
1) Seberapa mudah mahasiswa memahami pelajaran yang baru lalu?
2) Apakah kegiatan instruksional itu menarik dan sistematis?
3) Bagian mana dari pelajaran tersebut yang sulit dipahami dan mengapa?
4) Butir tes yang mana yang tidak relevan dengan materi yang disajikan?
Bila informasi
yang diperoleh memberikan petunjuk tentang sangat banyaknya kekurangan produk
instruksional yang dievaluasi, pengembang instruksional tidak boleh kecewa atau
cenderung membuang produk tersebut. Evaluasi formatif tersebut memang bermaksud
untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan produk instruksional, bukan untuk
mendapatkan informasi yang mengenakkan telinga saja atau sengaja hanya mencari
kebaikannya. Sebaliknya, pengembang instruksional harus bergembira mendapatkan
informasi tentang kelemahan produk instruksionalnya, karena ia mempunyai dasar
untuk memperbaikinya. Pengembang instruksional harus sadar benar bahwa produk
instruksional yang terbaik pun masih dapat ditingkatkan kualitasnya.
Menggunakan hasil evaluasi kelompok kecil untuk merevisi produk instruksional.
4. Uji
Coba Lapangan
Setelah direvisi
berdasarkan masukan evaluasi kelompok kecil, produk instruksional tersebut
diujicobakan di lapangan sebagai tahap keempat atau tahap akhir dalam evaluasi
formatif. Maksud uji coba lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan
produk instruksional tersebut bila digunakan di dalam kondisi yang mirip dengan
kondisi pada saat produk tersebut digunakan dalam dunia sebenarnya. Produk itu
sendiri, lingkungan pelaksanaan, dan pelaksana uji coba harus dibuat semirip
mungkin dengan keadaan pada waktu digunakan oleh populasi sasaran nanti. Inilah
salah satu letak perbedaan secara mendasar antara uji coba lapangan ini dan
tahap evaluasi formatif sebelumnya.Jumlah mahasiswa yang menjadi sampel dalam
uji coba lapangan ini lebih besar dari jumlah mahasiswa yang berpartisipasi
dalam evaluasi kelompok kecil. Jumlah sekitar 15-30 orang mahasiswa sudah
dianggap cukup sepanjang telah mempunyai cirri yang sama atau mirip dengan
populasi sasaran.
Uji coba lapangan ini dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan sampel yang akan digunakan sebanyak 15-30 orang
mahasiswa.
b. Mempersiapkan lingkungan, fasilitas, dan alat-alat yang dibutuhkan
sesuai dengan strategi instruksional dan bentuk kegiatan instruksional yang
telah ditentukan, yaitu belajar mandiri, pengajaran konvensional, atau PBS.
c. Melaksanakan kegiatan instruksional sesuai dengan bahan
instruksional dan bentuk kegiatan instruksional.
d. Mengumpulkan data tentang kualitas proses instruksional dan bahan
instruksional termasuk bahan ajar, pedoman mahasiswa, dan tes. Pengumpulan data
ini dapat dilakukan dengan memberikan kuesioner, interviu, dengan mahasiswa
atau kombinasi keduanya. Di samping itu, pengembang instruksional mengumpulkan
data dengan mengobservasi proses kegiatan mahasiswa dan keadaan lingkungan
kegiatan instruksional tersebut untuk mendapatkan informasi tentang
kekurangsesuaiannya dengan strategi intruksional yang telah diterapkan.
e. Menyelenggarakan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui efektivitas
kegiatan instruksional tersebut. Hasil tes ini tidak digunakan untuk menentukan
terus digunakan atau dibatalkannya penggunaan produk instruksional tersebut,
tetapi untuk mengetahui seberapa besar lagi usaha yang harus dilakukan
pengembang instruksional untuk meningkatkan kualitasnya.
C.
Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam Merencanakan Evaluasi Formatif
Pelaksanaan suatu evaluasi harus
dimulai dan didasarkan kepada rencana yang disusun sebelumnya. Ada tujuh
komponen penting yang harus diperhatikan oleh pengembang instruksional, yaitu:
1.
Maksud evaluasi formatif
Sejak awal
perencanaan, maksud evaluasi yang akan dilakukan harus jelas. Hasilnya akan
digunakan merevisi program atau produk instruksional bukan untuk menentukan
digunakan tahu
tidak digunakannya produk tersebut. Maksud
ini harus dijadikan dasar dalam menyimpulkan hasil evaluasi nanti. Misalnya,
apabila maksud evaluasi tersebut semula digunakan untuk merevisi produk
instruksional, tetapi kesimpulan hasilnya digunakan untuk menetapkan bahwa
produk tersebut tidak jadi digunakan karena banyak kelemahannya, kesimpulan
yang seperti itu tidak tepat. Kesimpulannya menyimpang dari maksud evaluasi
tersebut. Kekeliruan seperti ini bukan hanyamungkin terjadi pada pengembang
instruksional yang masih muda, tetapi juga yang sudah senior.
2.
Siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi tersebut?
Dalam
perencanaan harus ditetapkan siapa yang akan menggunakan hasil evaluasi itu.
Dalam proses yang kita bahas selama ini orang tersebut adalah tim pengembang instruksional.
Karena itu, hasil evaluasi harus dilaporkan kepada tim tersebut. Bila hasil
evaluasi tersebut diserahkan kepada orang lain, misalnya para guru sebagai
calon pemakai, hasil evaluasi formatif itu akan ditafsirkan lain, yaitu
rendahnya kualitas produk instruksional tersebut. Dari jauh hari calon pemakai
tersebut tentu menolak untuk menggunakannya.
3.
Apa informasi yang akan dikumpulkan?
Perumusan
informasi yang perlu dikumpulkan berhubungan erat dengan maksud evaluasi. Dalam
proses evaluasi yang akan dilakukan, yaitu evaluasi formatif, dibutuhkan
informasi tentang kekurangan produk instruksional. Bila informasi yang
dikumpulkan tidak sesuai dengan tujuan, misalnya informasi tentang
efektivitasnya bila dibandingkan dengan efektivitas produk instruksional lain,
maka hasil evaluasi tersebut tidak dapat memberikan petunjuk tentang komponen
apa dari produk intruksional tersebut yang harus direvisi. Karena itu
menetapkan jenis informasi yang relevan dengan maksud evaluasi sangat penting
artinya dalam evaluasi. Untuk evaluasi formatif terhadap produk instruksional,
pengembang instruksional perlu mengumpulkan berbagai informasi melalui reviu oleh para ahli diluar pengembang
instruksional, evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil dan uji coba
lapangan.
4.
Sumber-sumber apa yang diperlukan?
a.
fasilitas, alat-alat dan waktu
b.
Tenaga pelaksana evaluasi
c.
Instrumen evaluasi seperti
kuesioner, pedoman interviu, checklist, tes, skala sikap dan sebagainya.
d.
Responden
e.
Biaya
5.
Bagaimana, kapan dan di mana data dikumpulkan? Siapa yang melaksanakan
pengumpulan data dari sumber informasi yang telah ditentukan?
6. Bagaimana, kapan dan siapa yang melaksanakan
analisis data?
7. Bagaimana bentuk laporannya? Perlukah laporan
lisan di samping laporan tertulis?
Laporan tersebut harus disampaikan kepada tim
pengembang instruksional. Ketujuh
komponen di atas merupakan komponen pokok yang perlu mendapat perhatian dalam
evaluasi, agar hasilnya benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan maksudnya.
D.
Merevisi Produk Instruksional
Pelaksanaan
evaluasi formatif belum menjamin terjadinya peningkatan kualitas produk
instruksional, bila rekomendasi yang dihasilkan evaluasi tidak digunakan untuk
merevisi produk instruksional yang di evaluasi tersebut.
Revisi yang dihasilkan dapat
dikelompokkan dalam tiga bidang besar:
1.
Isi dari produk instruksional,
baik yang terdapat dalam bahan instruksional maupun yang diuraikan oleh
pengajar (bila bukan bahan belajar mandiri).
2.
Kegiatan instruksional yang
meliputi prosedur penggunaan bahan instruksional dan penyajian atau presentasi.
3.
Kualitas fisik bahan
instruksional.
Revisi terhadap
produk instruksional dilakukan dalam tiga bidang tersebut di atas. Hasil revisi
tersebut berbentuk produk instruksional baru. Bila perubahan-perubahan yang dilakukan
untuk menghasilkan produk baru tersebut sangat besar dan mendasar, evaluasi
formatif yang kedua perlu dilakukan. Tetapi, bila perubahan itu tidak terlalu
besar dan tidak mendasar, produk baru itu siap dipakai dilapangan sebenarnya.
Produk baru itu disebut sistem instruksional. Berikut ini dikemukakan bagaimana
revisi itu dilakukan pada setiap tahap evaluasi.
1.
Hasil review ahli bidang studi
digunakan lebih awal dari setiap tahap evaluasi yang lain, yaitu evaluasi
satu-satu, kelompok kecil, atau uji coba lapangan.
2. Hasil evaluasi satu-satu merupakan masukan yang berharga bagi
pengembang instruksional, terutama komentar dan kesulitan mahasiswa memahami
setiap bagian dari bahan instruksional dan strategi instruksional. Ini berarti
bahwa masukan dari hasil evaluasi satu-satu dan para ahli bidang studi banyak
menyangkut isi produk instruksional.
Pengembang
instruksional melakukan perbaikan langsung pada bagian yang dianggap sulit
dipahami oleh mahasiswa, sulit dibaca atau menimbulkan salah pengertian.
Komentar para ahli lain untuk hal ini merupakan data yang memperkuat perlunya
revisi tetapi tidak dapat menolaknya. JUmlah mahasiswa dalam evaluasi satu-satu
ini sangat kecil, tetapi kontribusi mereka sangat besar dalam memperbaiki
tingkat keterbacaan dan kemudahan memahami produk instruksional yang
dievaluasi.
3. Hasil
evaluasi kelompok kecil digunakan untuk:
a. Manganalisis kualitas setiap butir
tes yang meliputi:
1)
Analisis alternative jawaban
bila digunakan tes pilihan berganda;
2) Komentar mahasiswa tentang kejelasan maksud pertanyaan dalam butir
tes tersebut.
b. Menganalisis
kenaikan skor mahasiswa untuk butir-butir tes yang mengukur setiap perilaku
dalam TIK dengan cara membandingkan skor tes awal dan skor tes akhir.
Bila
tidak ada kenaikan yang berarti sedangkan hasil tes awal dan tes akhir relatif
rendah, bahan instruksional dan kegiatan instruksional yang berhubungan dengan
TIK tersebut perlu diteliti kembali dengan seksama dan dicari kelemahannya.
Bila kenaikan dari hasil tes awal dan akhir untuk TIK tersebut tidak berarti
sedangkan keduanya menunjukkan hasil yang tinggi, isi pelajaran yang
berhubungan dengan TIK tersebut perlu dipertimbangkan untuk dihilangkan karena
dari semula mahasiswa telah menguasainya. Keputusan untuk menghilangkannya
sebaiknya menunggu hasil uji coba. Bila hasil uji coba tersebut konsisten
dengan hasil evaluasi kelompok kecil bagian tersebut tidak perlu diragukan
lagi, perlu dihilangkan atau dipersingkat. Dengan mempersingkat tersebut
berarti materi pelajaran keseluruhan tetap utuh.
c. Menganalisis hasil tes akhir dari dua
TIK yang mempunyai struktur perilaku yang hierarkial. Seharusnya skor rata-rata
mahasiswa untuk kedua perilaku tersebut mempunyai korelasi yang signifikan.
Bila ternyata korelasinya rendah, perlu diteliti hal-hal sebagai berikut:
1)
Kualitas butir tes pada setiap
perilaku tersebut
2) Kualitas bahan instruksional dan strategi instruksional yang
berhubungan dengan kedua perilaku tersebut, terutama komentar mahasiswa dan
para ahli bidang studi di luar pengembang instruksional.
d. Menganalisis hasil tes akhir dari beberapa TIK
yang mempunyai struktur perilaku prosedural
terutama kawasan psikomotor. Bila skor mahasiswa dalam perilaku tersebut
rendah, yang terutama diteliti kembali adalah kemungkinan penambahan jumlah
latihan atau praktik yang dilakukan mahasiswa. Bila jumlah latihan cukup, perlu
diteliti kualitas alat-alat yang digunakan.
e. Menganalisis komentar mahasiswa tentang proses
instruksional terutama yang menyangkut metode dan media instruksional.
4. Hasil uji coba lapangan
digunakan untuk merevisi produk instruksional dengan menggunakan prosedur yang
sama dengan penggunaan hasil evaluasi kelompok kecil. Hasil uji coba lapangan
ini adalah yang paling mirip dengan keadaan sesungguhnya karena dilakukan dalam
lingkungan yang menyerupai lingkungan yang sebenarnya. Karena masukan dari uji
coba ini akan menggambarkan reaksi populasi sasaran kepada produk
instruksional. Bila masukan dari evaluasi satu-satu dan kelompok kecil terutama
berisi hal-hal pokok, masukan dari uji coba lapangan inimerupakan masukan yang
menyeluruh dan terperinci tentangkualitas bahan dan strategi instruksional yang
diujicobakan.
Analisis
hasil uji coba lapangan meliputi:
a.
Membandingkan hasil tes awal
dan tes akhir mahasiswa untuk seluruh butir tes. Cara ini dimaksudkan untuk
melihat efektivitas seluruh produk instruksional. Pengetahuan akan tingkat
efektivitas ini bukan untuk memutuskan digunakan atau tidak jadi digunakan
produk tersebut melainkan untuk menetukan seberapa keras usaha yang masih harus
dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya dikemudian hari. Bila kenaikan skor
mahasiswa dari tes awal ke tes akhir masih rendah, pengembang instruksional
dapat menggunakannya sebagai petunjuk bahwa usaha meningkatkan kualitas produk
instruksional tersebut dikemudian hari masih harus dilakukan lebih keras.
b.
membandingkan hasil tes awal
dan hasil tes akhir mahasiswa untuk kelompok butir tes yang mengacu kepada
setiap TIK. Hasil ini diperkuat dengan komentar mahasiswa dan ahli bidang studi
di luar pengembang instruksional akan memberi petunjuk untuk melakukan revisi
pada bahan dan strategi instruksional yang mengacu kepada TIK tersebut.
c.
Menafsirkan komentar mahasiswa
tentang kejelasan dan kualitas fisik bahan belajar serta tentang sikap mereka
terhadap kegiatan instruksional yang diikutinya merupakan masukan yang harus
digunakan untuk memperbaiki produk instruksional.
d.
Menafsirkan komentar mahasiswa
terhadap proses instruksional, terutama metode dan media yang digunakan serta
hasil observasi pengembang instruksional terhadap kegiatan mahasiswa dan
fasilitas yang digunakan selama proses tersebut.
Untuk produk
instruksional yang dipergunakan dalam lingkup nasional semua langkah tersebut
diatas perlu dilakukan, tetapi untuk desain instruksional yang ruang lingkup
penggunaannya tidak terlalu besar misalnya untuk tingkat sekolah dapat
dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:
1.
Bila akan dilaksanakan tiga
dari empat tahap sebaiknya;
a. Review
b.
Satu-satu atau kelompok kecil
c.
Uji coba lapangan
2.
Bila akan dilaksanakan dua
diantaranya, sebaiknya;
a.
Satu-satu atau kelompok kecil
b.
Uji coba lapangan.
c.
Bila akan dilaksanakan satu
diantaranya sebaiknya satu-satu atau kelompok kecil.
Dalam kenyataan terkadang evaluasi
formatif tidak dapat dilaksanakan oleh beberapa faktor di antaranya sebagai
berikut.
1.
Adanya kendala waktu
2.
Kurangnya biaya
3.
Untuk evaluasi satu-satu
biasanya siswa cenderung tidak mau memberikan komentar yang sebenarnya tentang
berbagai kekurangan yang terdapat dalam desain instruksional yang dibuat.
E. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Langkah-langkah evaluasi formatif dalam Suparman (2004 :276-284)
meliputi: 1) Review ahli; 2) Evaluasi satu satu; 3) Evaluasi kelompok
kecil (8-12 orang); dan 4) Uji coba lapangan. Desain instruksional ini
melakukan evaluasi formatif dengan cara review ahli bidang studi
evaluasi satu-satu, dan evaluasi kelompok kecil. Review ahli
bidang studi dilakukan oleh guru senior di MTs Negeri Sakatiga Ogan Ilir yaitu Lies
Anggraini, M.Pd. dengan pertimbangan bahwa beliau merupakan guru senior dengan pengalaman mengajar 13 tahun di MTs dan 5 tahun di IAIN Raden Fatah Palembang. Selain itu, Lies Anggrani di IAIN Raden
Fatah Palembang juga memiliki pengalaman dalam memberikan materi desain
instruksional kepada mahasiswanya sebagai salah satu mata kuliah yang
diampunya. Hal ini menguatkan perancang untuk memilih ahli tersebut untuk merevisi desain instruksional yang telah dibuat oleh perancang dengan menghasilkan perbaikan sebagai berikut.
1. Pembagian waktu harus diperhitungkan
secara cermat. Untuk tahap apersepsi tidak melebihi dari 10 menit.
2. Kegiatan bertanya jawab
tentang sistematika penulisan karya ilmiah berdasarkan contoh karya ilmiah yang diamati yang terdapat pada bagian rincian
kegiatan awal bagian kedua (pada langkah-langkah pembelajaran), seharusnya diletakan
pada kegiatan inti bagian pertama karena kegiatan tersebut sudah masuk pada
kegiatan inti.
3. Cermat dalam penggunaan
kata asing. Kata instrument yang berarti bentuk/alat penilaian pada
penilaian hasil belajar kurang tepat digunakan. Kalau yang dimaksudkan adalah
soal-soal yang akan diberikan lebih tepat menggunakan kata “butir soal”.
4. Penggunaan suatu kata
harus memperhatikan kekonsistenannya. Kalau pada bagian sebelumnya menggunakan
kata siswa, untuk selanjutnya tetap menggunakan kata siswa bukan “peserta
didik” seperti pada penggunaan kata “peserta didik” di bagian langkah-langkah
kegiatan pembelajaran. Selanjutnya kata siswa dipasangkan dengan kata guru,
bukan pendidik.
5. Sebaiknya tambahkan format
penilaian untuk karya tulis ilmiah yang dibuat siswa.
Evaluasi satu-satu, perancang
mengambil 3 (orang) siswa kelas IX (embilan) SMP/MTs tempat perancang bertugas untuk meninjau isi dan materi pelajaran
yang tercakup di dalam bahan ajar. Hal ini dilakukan untuk melihat terlebih
dahulu isi dan materi pelajaran tersebut sebelum nantinya akan diujicobakan di
kelas sebenarnya dengan mendengarkan masukan dan komentar dari siswa tersebut. Untuk evaluasi kelompok kecil, perancang
hanya mengambil 8 (delapan) siswa kelas IX (sembilan) SMP/MTs tempat perancang bertugas untuk melihat kekurangan dari masukan di
atas dan kemudian mengujicobakannya terlebih dahulu dalam kelompok tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk mencari komentar dan masukan tambahan tentang desain
instruksional ini.
Dari hasil evaluasi
satu-satu dan kelompok kecil, siswa memberikan komentar agar contoh karya tulis
ilmiah yang diberikan hendaknya membicarakan tentang topik seputar dunia
mereka-remaja. Hal ini mereka ungkapkan setelah melihat tiga contoh karya tulis
yang diberikan dan hanya dua yang mereka suka (diminati) untuk membacanya yaitu
tentang kenakalan remaja dan hubungan motivasi dengan prestasi belajar.
Perbedaan antara RPP yang sebelum dan sesudah direvisi dituliskan pada tabel
berikut.
Tabel 15
Perbedaan
RPP Sebelum dan Sesudah Direvisi
No.
|
RPP Sebelum Direvisi
|
RPP Sesudah Direvisi
|
1.
|
Waktu di apersepsi 15 menit
|
Waktu di apersepsi 10 menit
|
2.
|
Kegiatan: bertanya
jawab tentang sistematika penulisan karya ilmiah berdasarkan contoh
karya ilmiah yang diamati dituliskan pada bagian rincian kegiatan awal bagian
kedua
|
Kegiatan: bertanya
jawab tentang sistematika penulisan karya ilmiah berdasarkan contoh
karya ilmiah yang diamati dituliskan pada bagian rincian kegiatan inti bagian
pertama
|
2.
|
Penggunaan kata asing instrument
|
Diganti dengan kata butir soal
|
3.
|
Penggunaan kata peserta didik dan pendidik
|
Diganti dengan kata siswa dan guru
|
4.
|
Tidak ada format penilaian karya tulis
|
Dicantumkan format
penilaian karya tulis
|
5.
|
Artikel berjudul “Gangliosida Nutrisi untuk
Anak “
|
Diganti dengan artikel berjudul “Jalan Kaki,
Sehat Tanpa Cedera”
|
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : MTs Negeri Kangkung
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IX / II
Alokasi Waktu : 6
x 40 menit ( 3
x pertemuan )
A. Standar Kompetensi
12.
Mengungkapkan
pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks
pidato, surat pembaca.
B. Kompetensi Dasar
12.1 Menulis
karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber.
C. Indikator
1.
Menyebutkan sistematika
penulisan karya tulis ilmiah.
2.
Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah.
3.
Menentukan
topik karya tulis ilmiah.
4.
Menjelaskan
cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah.
5.
Menguraikan bagian pendahuluan
karya tulis ilmiah.
6.
Menjelaskan bagian pembahasan
karya tulis ilmiah.
7.
Menguraikan bagian penutup
karya tulis ilmiah.
8.
Menuliskan daftar pustaka karya
tulis ilmiah.
9.
Menuliskan karya tulis ilmiah sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
1.
Setelah diberikan contoh karya tulis ilmiah, siswa kelas IX MTsN
Kangkung OKU Timur dapat menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
2. Setelah dijelaskan langkah-langkah penyusunan karya tulis
ilmiah,
siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menyebutkan
4 langkah penulisan karya tulis ilmiah
dengan benar.
3. Jika diberikan
deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menentukan topik untuk karya
tulis ilmiah sesuai deskripsi peristiwa tersebut dengan benar.
4. Setelah dijelaskan cara
mengumpulkan data, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menjelaskan
cara mengumpulkan data dengan benar.
5. Jika diberikan
deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat
menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah sesuai dengan deskripsi peristiwa secara benar.
6. Jika diberikan contoh
suatu karya ilmiah, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menjelaskan secara singkat bagian pembahasan pada
karya tulis ilmiah tersebut dengan benar.
7. Jika diberikan contoh suatu
karya ilmiah, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menguraikan secara
singkat bagian penutup pada karya tulis ilmiah
tersebut dengan benar.
8. Setelah dijelaskan cara menuliskan daftar pustaka, siswa kelas IX MTsN
Kangkung OKU Timur dapat menuliskan daftar pustaka dengan tepat.
9.
Setelah membuat kerangka tulisan, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menuliskan sebuah karya tulis ilmiah sederhana
dengan mengembangkan kerangka tulisan minimal 500
kata.
E. Materi Pembelajaran
Menulis karya tulis ilmiah sederhana
F. Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan : Keterampilan proses
2.
Metode : Inkuiri, ceramah, tanya jawab, diskusi
G. Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
Pertama
|
Tahap Pembuka/
Situsional
( 15 menit )
|
Kegiatan Awal
1. Apersepsi
a. Bertanya jawab tentang kegiatan
penulisan karya tulis ilmiah.
b. Siswa mengamati contoh
karya.
|
Rasa ingin tahu
Teliti
|
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
|
|
2. Motivasi
a. Menginformasikan materi yang akan dibahas dan tujuannya.
b. Bertanya jawab tentang sistematika
penulisan karya ilmiah berdasarkan contoh karya
ilmiah yang diamati.
|
Terbuka
Rasa ingin tahu
|
Tahap Eksplorasi
(20 menit)
|
Kegiatan Inti
1. Peserta didik mencermati
contoh
karya ilmiah yang ada
di
buku paket siswa.
|
Kreatif
|
|
Tahap Elaborasi
(30 menit)
|
1. Mendiskusikan latar belakang karya ilmiah berdasarkan topik yang telah ditentukan.
2. Mendiskusikan perumusan masalah berdasarkan topik yang telah ditentukan.
|
Komunikatif
Komunikatif
|
|
Tahap Konfirmasi
(5 menit)
|
1. Pendidik memberikan penguatan perumusan masalah kepada peserta didik.
|
Kreatif
|
|
Tahap Penutup
(10 menit)
|
Kegiatan Akhir
1. Peserta didik dan pendidik melakukan
refleksi.
2. Peserta didik dan pendidik menyimpulkan pembelajaran hari ini.
3. pendidik menyampaikan
bahan untuk pertemuan berikutnya.
|
Komunikatif
Kritis
Terbuka
|
|
Kedua
|
Tahap Pembuka
(Situsional)
(5 menit)
|
Orientasi, apersepsi, motivasi
1. Pendidik dan peserta
didik bertanya jawab sistematika
penulisan yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
|
Terbuka
|
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
||
|
Tahap Eksplorasi
(30 menit)
|
Kegiatan Inti
1. Peserta didik mengamati contoh penulisan daftar pustaka.
2. Peserta didik menemukan cara menulis daftar pustaka.
|
Mandiri
Kreatif
|
||
Tahap Elaborasi
(30 menit)
|
1. Peserta didik
satu persatu
menuliskan daftar pustaka
berdasarkan soal yang di
berikan guru di papan tulis.
2. Peserta didik
yang lain
menilai ketepatan pustaka
yang ditulis temannya di
papan tulis.
3. Peserta didik
yang penulisan
daftar pustakanya kurang tepat
diberikan kesempatan untuk
memperbaikinya.
|
Kerja keras
Kritis
Disiplin
|
|||
Tahap Konfirmasi
(10 menit)
|
Peserta didik dan guru merangkum dan menyimpulkan cara
penulisan daftar pustaka.
|
Terbuka
|
|||
Kegiatan Akhir
(5 menit)
|
Peserta didik dan guru
melakukan refleksi
|
Terbuka
|
|||
Ketiga
|
Tahap Pembuka
(Situsional)
(5 menit)
|
Orientasi, apersepsi, motivasi
1. Pendidik dan peserta
didik bertanya jawab penulisan sumber pustaka yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
|
Terbuka
|
||
Tahap Eksplorasi
(20 menit)
|
Kegiatan Inti
1. Peserta didik mengamati
contoh pe-ngembangan kerangka tulisan di LKS.
|
Ketelitian
|
|||
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
||
|
|
2. Peserta didik mendiskusikan sistematika
tulisan yang akan mereka buat.
|
Kerjasama
|
||
Tahap Elaborasi
(40 menit)
|
1. Peserta didik menuliskan ke dalam
kerangka sistematika tulisan yang akan dibuatnya bersama kelompok.
2. Peserta didik
mengembangkan kerangka tulisan menjadi se-buah tulisan ilmiah sederhana.
|
Kerjasama
Kerja keras
|
|||
|
Tahap Konfirmasi
(10 menit)
|
Peserta didik dan guru merangkum dan menyimpulkan cara pengembangan karya tulis
ilmiah. Meminta peserta didik untuk
menyelesaikan tulisannya dalam waktu 1 minggu.
|
Terbuka
|
||
|
Kegiatan Akhir
(5 menit)
|
Peserta didik dan guru
melakukan refleksi
|
Terbuka
|
||
G. Sumber Pembelajaran
Buku Pembelajaran Bahasa Indonesia
1.
Bahasa dan
Sastra Indonesia 3 untuk SMP/MTs Kelas IX karangan: Maryati Sutopo, tahun 2008.
2. Buku Bahasa Indonesia untuk SMP
Kelas IX, karangan: Yulianti Setyorini
dan Wahono, tahun 2008.
3.
Buku Membuka
Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia, karangan: Dwi Hariningsih
dkk, tahun 2008.
4.
Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX, karangan: Tri Retno
Murniasih dan Sunardi, 2008.
H. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian:
1.
Penilaian proses :
Selama kegiatan belajar berlangsung
2.
Penilaian hasil :
Tabel Soal
No.
|
Instrument
|
1.
|
Penelitian berjudul “Pengaruh
Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar” (contoh karya terlampir).
Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan sistematika penulisan sebagai berikut.
(1) Halaman
Judul
(2) Bagian
Pendahuluan
(3) Daftar
Pustaka
(4) Bagian
Penutup
(5) Kata
Pengantar
(6) Bagian
Pembahasan
Urutan yang tepat untuk sistematika karya tulis tersebut adalah ....
a. 1-4-6-2-6 c. 1-4-6-5-3-2
b. 1-3-2-4-6 d. 1-5-2-6-4-3
|
2.
|
Sistematika karya tulis ilmiah sederhana pada umumnya adalah ...
a.
Halaman judul, isi, pendahuluan, penutup, daftar pustaka.
b.
Halaman judul, pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka.
c.
Halaman judul, daftar pustaka, pendahuluan, isi, penutup.
d.
Halaman judul, pendahuluan, isi, daftar pustaka, penutup.
|
3.
|
Langkah-langkah
penulisan karya tulis ilmiah sederhana adalah...
a. Menentukan topik, mengembangkan kerangka,
membuat kerangka, mengumpulkan data.
b. Membuat kerangka, menentukan topik,
mengembangka kerangka, mengumpulkan data.
c. Mengumpulkan data, menentukan topik,
mengembangka kerangka, membuat kerangka.
d. Menentukan topik, mengumpulkan data,
membuat kerangka, mengembangkan kerangka.
|
4.
|
Setelah
data dikumpulkan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan jika Kalian akan
menulis sebuah karya tulis ilmiah adalah...
a. Menentukan
topik b.
Mengembangkan kerangka
c.
Membuat kerangka d.
Mencari data
|
5.
|
Hari
ini memang hari yang melelahkan bagi mereka. Walaupun demikian, terselip juga
rasa bangga di hati mereka sebab sumbangan tenaganya akan bermanfaat dan
menghasilkan “Taman Gizi”. Setelah tumbuh benih-benih di taman gizi tersebut,
ibu-ibu warga desa melanjutkan pekerjaaan dengan dan merawatnya.
Topik
paragraf tersebut adalah...
a.
manfaat Taman Gizi b.
pembenihan di Taman Gizi
c.
pemeliharaan Taman Gizi d.
pembuatan Taman Gizi.
|
No.
|
Butir
Soal
|
6.
|
Jelaskan
cara mengumpulkan data dengan benar!
|
7.
|
Ani
hendak menulis karangan ilmiah yang terdiri dari 5 bab. Bab I, pendahuluan,
berisi beberapa gagasan yaitu tujuan pembahasan, latar belakang masalah,
sumber data dan metode, serta ruang lingkup. Gagasan-gagasan tersebut akan
disusun menjadi kerangka karangan.
Kerangka
yang tepat untuk bab I, pendahuluan, berdasarkan ilustrasi tersebut
adalah....
a.
BAB I PENDAHULUAN b.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah 1.1
Tujuan Pembahasan
1.2
Tujuan Pembahasan 1.2
Sumber data dan Metode
1.3
Sumber data dan Metode 1.3
Latar Belakang Masalah
1.4
ruang lingkup 1.4
ruang lingkup
c.
BAB I PENDAHULUAN d. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah 1.1
ruang lingkup
1.2
Tujuan Pembahasan 1.2
Tujuan Pembahasan
1.3
ruang lingkup 1.3
Latar Belakang Masalah
1.4
Sumber data dan Metode 1.4
Sumber data dan Metode
|
8.
|
Identifikasi masalah
karya ilmiah:
1) Apakah limbah
kertas bekas dapat dimanfaatkan?
2) Bagaimana
pengelolaan limbah menjadi barang berguna?
Latar belakang yang
tepat untuk identifikasi masalah tersebut adalah...
a. Kertas bekas yang selama ini dianggap
limbah ternyata dapat dijadikan benda yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah
kertas tersebut menjadi salah satu solusi terhadap persoalan sampah.
b. Kertas yang merupakan salah satu dari
sekian jenis sampah sangat melimpah sebab hampir seluruh sektor kehidupan di
masyarakat kita menggunakan kertas.
c. Dunia pendidikan kita tidak bisa dipisahkan
antara kertas dan kegiatan proses belajar mengajar. Kertas adalah hal
pokok yang bagi semua siswa dan
mahasiswa yang aktif maupun para alumni yang telah memasuki dunia usaha.
d. Sampah merupakan suguhan pokok yang terjadi
di kota-kota bahkan sampai di desa. Kota-kota besar mengalami polusi karena
sampah. Demikian juga di desa-desa. Sampah menjadi masalah baik di desa
maupun di kota.
|
9.
|
Topik karya tulis: Pemuda sebagai calon pemimpin
pemerintahan masa depan.
Permasalahan yang sesuai dengan topik karya tulis
tersebut adalah...
a. Apa yang
harus dimiliki pemuda demi masa depan pemerintah?
b. Bagaimanakah
menjadi pemimpin pemerintahan?
c. Pemuda
dari daerah mana yang pantas jadi pemimpin masa depan?
d. Pemuda yang
bagaimanakah yang mampu memimpin pemerintahan masa depan?
|
10.
|
Bacalah dengan saksama makalah “Kenakalan
Remaja Penyebab dan Antisipasi-nya” berikut! Jelaskan secara singkat bagian
pembahasan pada makalah tersebut!
(Makalah terlampir)
|
11.
|
Berdasarkan makalah no. 10,
uraikan secara singkat bagian penutup pada makalah tersebut!
|
No.
|
Butir
Soal
|
12.
|
Paragraf yang merupakan bagian penutup
karya ilmiah adalah …
a.
Indahnya bukit ini laksana permadani hijau yang
tergelar luas. Tatkala pagi menjelang,
tetesan embun meneretes bak permata tersebar di rerumputan.
b.
Pardi melakukan penelitian ilmiah dengan bimbingan
guru fisika di sekolah. Setelah
selesai, Pardi akan menulis karya ilmiah tentang sesuatu yang sudah
ditelitinya.
c.
Penelitian ini menghasilkan simpulan penting. Satu
di antaranya, tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan setelah sebuah
daerah dilanda banjir.
d. Kebersihan merupakan
dambaan setiap insan. Oleh karena itu, wahai saudaraku, marilah bergandeng
tangan kita ciptakan kebersihan.
|
13.
|
Perhatikan ilustrasi berikut!
Dirgo Sabariyanto menulis buku yang berjudul Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Buku ini diterbitkan di Yogyakarta pada tahun 1999. Penerbit buku ini adalah
Mitra Gama Widya.
Penulisan daftar pustaka yang sesuai dengan identitas buku
tersebut adalah...
a.
Dirgo Sabariyanto. 1999. Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
b.
Dirgo Sabariyanto, 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
c. Sabariyanto, Dirgo. 1999.
Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? Yogyakarta: Mitra Gama
Widya.
d.
Sabariyanto, Dirgo, 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Yogyakarta: Mitra Gama Widya
|
14.
|
Sebuah buku berjudul "Pemupukan Berimbang Padi
Berkualitas" ditulis oleh Pambudi
Raharjo. Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Amarta Jakarta pada tahun 2005.
Penulisan daftar pustaka yang benar dari data buku
tersebut adalah…
a.
Raharjo, Pambudi. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas. Jakarta:Amarta.
b.
Pambudi, Raharjo. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas. Jakarta:Amarta.
c.
Raharjo, Pambudi. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas. Amarta:Jakarta.
d. Pambudi, Raharjo.
2005. Pemupukan Berimbang Padi
Berkualitas. Amarta:jakarta.
|
15.
|
Kembangkan kerangka tulisan yang telah Kalian buat menjadi sebuah karya
tulis sederhana minimal 500 kata!
|
3. Pedoman
Penskoran
No.
|
Aspek Penilaian
|
Skor
|
1.
|
Peserta didik dapat menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
2.
|
Peserta didik dapat menyebutkan 4 langkah penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
No.
|
Aspek Penilaian
|
Skor
|
3.
|
Peserta didik dapat menentukan topik karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
4.
|
Peserta didik dapat menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah dengan benar.
|
5
|
5.
|
Peserta didik dapat menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
15
|
6.
|
Peserta didik dapat menjelaskan secara singkat bagian
pembahasan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
7.
|
Peserta didik dapat menguraikan secara singkat bagian
penutup karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
8.
|
Peserta didik dapat menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah dengan tepat.
|
10
|
9.
|
Peserta didik dapat menuliskan karya tulis ilmiah sederhana minimal 500 kata.
|
20
|
|
Skor Maksimum
|
100
|
Mengetahui Tempat, 2012
Kepala sekolah, Guru
Mata Pelajaran
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : MTs Negeri Kangkung
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IX / II
Alokasi Waktu : 6
x 40 menit ( 3
x pertemuan )
A. Standar Kompetensi
12.
Mengungkapkan
pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks
pidato, surat pembaca.
B. Kompetensi Dasar
12.1 Menulis
karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber.
C. Indikator
1. Menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.
2. Menyebutkan langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah.
3. Menentukan topik karya tulis ilmiah.
4. Menjelaskan cara mengumpulkan data karya tulis
ilmiah.
5. Menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah.
6. Menjelaskan bagian pembahasan karya tulis ilmiah.
7. Menguraikan bagian penutup karya tulis ilmiah.
8. Menuliskan daftar pustaka karya tulis ilmiah.
9. Menuliskan karya tulis ilmiah sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
1.
Setelah diberikan contoh karya tulis ilmiah, siswa kelas IX MTsN
Kangkung OKU Timur dapat menyebutkan sistematika penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
2. Setelah dijelaskan langkah-langkah penyusunan karya tulis
ilmiah,
siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menyebutkan
4 langkah penulisan karya tulis ilmiah
dengan benar.
3. Jika diberikan
deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menentukan topik untuk karya
tulis ilmiah sesuai deskripsi peristiwa tersebut dengan benar.
4. Setelah dijelaskan cara
mengumpulkan data, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menjelaskan
cara mengumpulkan data dengan benar.
5. Jika diberikan
deskripsi suatu peristiwa, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat
menguraikan bagian pendahuluan karya tulis ilmiah sesuai dengan deskripsi peristiwa secara benar.
6. Jika diberikan contoh
suatu karya ilmiah, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menjelaskan secara singkat bagian pembahasan pada
karya tulis ilmiah tersebut dengan benar.
7. Jika diberikan contoh
suatu karya ilmiah, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menguraikan secara
singkat bagian penutup pada karya tulis ilmiah
tersebut dengan benar.
8. Setelah dijelaskan cara menuliskan daftar pustaka, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat
menuliskan daftar pustaka dengan
tepat.
9.
Setelah membuat kerangka tulisan, siswa kelas IX MTsN Kangkung OKU Timur dapat menuliskan sebuah karya tulis ilmiah sederhana
dengan mengembangkan kerangka tulisan minimal 500
kata.
E. Materi Pembelajaran
Menulis karya tulis ilmiah sederhana
F. Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan : Keterampilan proses
2.
Metode : Inkuiri, ceramah, tanya jawab, diskusi
G. Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
Pertama
|
Tahap Pembuka/
Situasional
(10 menit)
|
Kegiatan Awal
1. Apersepsi
a. Bertanya jawab tentang kegiatan
penulisan karya tulis ilmiah.
b. Siswa mengamati contoh
karya.
|
Rasa ingin tahu
Teliti
|
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
|
|
2. Motivasi
a. Menginformasikan materi yang akan dibahas dan tujuannya.
|
Terbuka
|
Tahap
Eksplorasi
(30 menit)
|
Kegiatan Inti
1. Bertanya jawab tentang sistematika
penulisan karya ilmiah berdasarkan contoh karya
ilmiah yang diamati.
2. Siswa
mencermati
contoh
karya ilmiah yang ada
di
buku paket siswa.
|
Kreatif
Rasa ingin tahu
|
|
Tahap
Elaborasi
(30 menit)
|
1.
Mendiskusikan
latar belakang karya ilmiah berdasarkan topik yang telah ditentukan.
2.
Mendiskusikan
perumusan masalah berdasarkan topik yang telah ditentukan.
|
Komunikatif
Komunikatif
|
|
Tahap
Konfirmasi
(10 menit)
|
1. Guru memberikan penguatan perumusan masalah kepada siswa.
|
Kreatif
|
|
Tahap Penutup
(10 menit)
|
Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa melakukan refleksi.
2.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
3.
Guru menyampaikan bahan untuk pertemuan berikutnya.
|
Komunikatif
Kritis
Terbuka
|
|
Kedua
|
Tahap Pembuka
(Situsional)
(5 menit)
|
Orientasi, apersepsi, motivasi
1. Guru dan siswa
bertanya jawab sistematika penulisan yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
|
Terbuka
|
|
Tahap
Eksplorasi
(30 menit)
|
Kegiatan Inti
1.
Siswa mengamati contoh penulisan daftar pustaka.
2.
Siswa menemukan cara menulis daftar
pustaka.
|
Mandiri
Kreatif
|
Tahap
Elaborasi
(30 menit)
|
1. Siswa satu persatu menuliskan daftar pustaka berdasarkan soal yang di- berikan guru di papan tulis.
2. Siswa yang lain menilai ketepatan pustaka yang ditulis temannya di papan tulis.
3. Siswa yang penulisan daftar pustakanya kurang tepat diberikan kesempatan untuk memperbaikinya.
|
Kerja keras
Kritis
Disiplin
|
|
Tahap
Konfirmasi
(10 menit)
|
Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara
penulisan daftar pustaka.
|
Terbuka
|
Pertemuan
|
Tahap (Fase) dan Waktu
|
Rincian Kegiatan
|
Karakter
|
|
Kegiatan Akhir
(5 menit)
|
Siswa dan guru melakukan refleksi
|
Terbuka
|
Ketiga
|
Tahap Pembuka
(Situsional)
(5 menit)
|
Orientasi, apersepsi, motivasi
Guru dan siswa bertanya jawab tentang penulisan sumber pustaka yang dibahas
pada pertemuan sebelumnya.
|
Terbuka
|
Tahap
Eksplorasi
(20 menit)
|
Kegiatan Inti
1. Siswa mengamati contoh
pengembangan kerangka tulisan di LKS.
2. Siswa mendiskusikan sistematika tulisan yang akan mereka
buat.
|
Ketelitian
Kerjasama
|
|
|
Tahap
Elaborasi
(30 menit)
|
1. Siswa menuliskan ke dalam kerangka sistematika tulisan
yang akan dibuatnya bersama kelompok.
2. Siswa mengembangkan
kerangka tulisan menjadi sebuah tulisan ilmiah sederhana.
|
Kerjasama
Kerja keras
|
|
Tahap
Konfirmasi
(10 menit)
|
Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara pengembangan karya tulis ilmiah. Meminta peserta didik untuk
menyelesaikan tulisannya dalam waktu 1 minggu.
|
Terbuka
|
|
Kegiatan Akhir
(5 menit)
|
Siswa dan guru melakukan refleksi
|
Terbuka
|
G. Sumber Pembelajaran
Buku Pembelajaran Bahasa Indonesia
1.
Bahasa dan
Sastra Indonesia 3 untuk SMP/MTs Kelas IX karangan: Maryati Sutopo, tahun 2008.
2. Buku Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas
IX, karangan: Yulianti Setyorini dan
Wahono, tahun 2008.
3.
Buku Membuka
Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia, karangan: Dwi Hariningsih
dkk, tahun 2008.
4. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs
Kelas IX, karangan: Tri Retno Murniasih dan Sunardi, 2008.
H. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian:
1.
Penilaian proses :
Selama kegiatan belajar berlangsung
2.
Penilaian hasil :
Tabel Soal
No.
|
Butir Soal
|
1.
|
Penelitian berjudul “Pengaruh
Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar” (contoh karya terlampir).
Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan sistematika penulisan sebagai berikut.
(1) Halaman
Judul
(2) Bagian
Pendahuluan
(3) Daftar
Pustaka
(4) Bagian
Penutup
(5) Kata
Pengantar
(6) Bagian
Pembahasan
Urutan yang tepat untuk sistematika karya tulis tersebut adalah ....
a. 1-4-6-2-6 c. 1-4-6-5-3-2
b. 1-3-2-4-6 d. 1-5-2-6-4-3
|
2.
|
Sistematika karya tulis ilmiah sederhana pada umumnya adalah ...
a.
Halaman judul, isi, pendahuluan, penutup, daftar
pustaka.
b.
Halaman judul,
pendahuluan, isi, penutup, daftar
pustaka.
c.
Halaman judul, daftar
pustaka, pendahuluan, isi,
penutup.
d. Halaman
judul, pendahuluan,
isi, daftar
pustaka, penutup.
|
3.
|
Langkah-langkah
penulisan karya tulis ilmiah sederhana adalah...
a. Menentukan topik, mengembangkan kerangka,
membuat kerangka, mengumpulkan data.
b. Membuat kerangka, menentukan topik,
mengembangka kerangka, mengumpulkan data.
c. Mengumpulkan data, menentukan topik,
mengembangka kerangka, membuat kerangka.
d. Menentukan topik, mengumpulkan data,
membuat kerangka, mengembangkan kerangka.
|
4.
|
Setelah
data dikumpulkan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan jika Kalian akan
menulis sebuah karya tulis ilmiah adalah...
a.
Menentukan topik b.
Mengembangkan kerangka
c.
Membuat kerangka d.
Mencari data
|
5.
|
Hari
ini memang hari yang melelahkan bagi mereka. Walaupun demikian, terselip juga
rasa bangga di hati mereka sebab sumbangan tenaganya akan bermanfaat dan
menghasilkan “Taman Gizi”. Setelah tumbuh benih-benih di taman gizi tersebut,
ibu-ibu warga desa melanjutkan pekerjaaan dengan dan merawatnya.
Topik
paragraf tersebut adalah...
a.
manfaat Taman Gizi
b. pembenihan di Taman Gizi
c.
pemeliharaan Taman Gizi d.
pembuatan Taman Gizi.
|
6.
|
Jelaskan
cara mengumpulkan data dengan benar!
|
7.
|
Ani
hendak menulis karangan ilmiah yang terdiri dari 5 bab. Bab I, pendahuluan,
berisi beberapa gagasan yaitu tujuan pembahasan, latar belakang masalah,
sumber data dan metode, serta ruang lingkup. Gagasan-gagasan tersebut akan
disusun menjadi kerangka karangan.
Kerangka
yang tepat untuk bab I, pendahuluan, berdasarkan ilustrasi tersebut
adalah....
|
No.
|
Butir Soal
|
|
a.
BAB I PENDAHULUAN b.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah 1.1
Tujuan Pembahasan
1.2
Tujuan Pembahasan 1.2
Sumber data dan Metode
1.3
Sumber data dan Metode 1.3
Latar Belakang Masalah
1.4
ruang lingkup 1.4
ruang lingkup
c.
BAB I PENDAHULUAN
d. BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah 1.1
ruang lingkup
1.2
Tujuan Pembahasan 1.2
Tujuan Pembahasan
1.3
ruang lingkup 1.3
Latar Belakang Masalah
1.4 Sumber data dan Metode 1.4 Sumber data dan Metode
|
8.
|
Identifikasi
masalah karya ilmiah:
1)
Apakah limbah kertas bekas dapat dimanfaatkan?
2)
Bagaimana pengelolaan limbah menjadi barang berguna?
Latar
belakang yang tepat untuk identifikasi masalah tersebut adalah...
a. Kertas bekas yang selama ini dianggap
limbah ternyata dapat dijadikan benda yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah
kertas tersebut menjadi salah satu solusi terhadap persoalan sampah.
b. Kertas yang merupakan salah satu dari
sekian jenis sampah sangat melimpah sebab hampir seluruh sektor kehidupan di
masyarakat kita menggunakan kertas.
c. Dunia pendidikan kita tidak bisa dipisahkan
antara kertas dan kegiatan proses belajar mengajar. Kertas adalah hal pokok yang bagi semua siswa dan mahasiswa yang
aktif maupun para alumni yang telah memasuki dunia usaha.
d. Sampah merupakan suguhan pokok yang terjadi
di kota-kota bahkan sampai di desa. Kota-kota besar mengalami polusi karena
sampah. Demikian juga di desa-desa. Sampah menjadi masalah baik di desa
maupun di kota.
|
9.
|
Topik karya tulis: Pemuda
sebagai calon pemimpin pemerintahan masa depan.
Permasalahan yang sesuai dengan
topik karya tulis tersebut adalah...
a. Apa yang harus dimiliki pemuda demi masa depan
pemerintah?
b. Bagaimanakah menjadi pemimpin pemerintahan?
c. Pemuda dari daerah mana yang pantas jadi
pemimpin masa depan?
d. Pemuda yang bagaimanakah yang mampu memimpin
pemerintahan masa depan?
|
10.
|
Bacalah dengan saksama
makalah “Kenakalan Remaja Penyebab dan Antisipasinya” berikut!
Jelaskan secara
singkat bagian pembahasan pada makalah
tersebut! (Makalah terlampir)
|
11.
|
Berdasarkan makalah no. 10, uraikan secara
singkat bagian penutup pada makalah tersebut!
|
12.
|
Paragraf yang merupakan bagian penutup
karya ilmiah adalah …
a.
Indahnya bukit ini laksana permadani
hijau yang tergelar luas. Tatkala
pagi menjelang, tetesan embun meneretes bak permata tersebar di rerumputan.
b.
Pardi melakukan penelitian ilmiah
dengan bimbingan guru fisika di sekolah.
Setelah selesai, Pardi akan menulis karya ilmiah tentang sesuatu yang sudah
ditelitinya.
c.
Penelitian ini menghasilkan simpulan
penting. Satu di antaranya, tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
setelah sebuah daerah dilanda banjir.
d.
Kebersihan merupakan dambaan setiap
insan. Oleh karena itu, wahai saudaraku, marilah bergandeng tangan kita
ciptakan kebersihan.
|
13.
|
Perhatikan ilustrasi berikut!
Dirgo Sabariyanto menulis buku
yang berjudul Mengapa Disebut Bentuk
Baku dan Tidak Baku? Buku ini diterbitkan di Yogyakarta pada tahun
1999. Penerbit buku ini adalah Mitra Gama Widya.
Penulisan daftar pustaka yang sesuai dengan
identitas buku tersebut adalah...
|
No.
|
Butir Soal
|
|
a.
Dirgo Sabariyanto. 1999. Mengapa Disebut
Bentuk Baku dan Tidak Baku? Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
b.
Dirgo Sabariyanto, 1999, Mengapa Disebut
Bentuk Baku dan Tidak Baku? Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
c.
Sabariyanto, Dirgo. 1999. Mengapa Disebut
Bentuk Baku dan Tidak Baku? Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
d. Sabariyanto,
Dirgo, 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? Yogyakarta:
Mitra Gama Widya
|
14.
|
Sebuah buku berjudul "Pemupukan Berimbang Padi
Berkualitas" ditulis oleh Pambudi
Raharjo. Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Amarta Jakarta pada tahun 2005.
Penulisan daftar pustaka yang benar dari data buku
tersebut adalah…
a.
Raharjo, Pambudi. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas.
Jakarta:Amarta.
b.
Pambudi, Raharjo. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas.
Jakarta:Amarta.
c.
Raharjo, Pambudi. 2005. Pemupukan Berimbang Padi Berkualitas.
Amarta:Jakarta.
d. Pambudi,
Raharjo. 2005. Pemupukan Berimbang Padi
Berkualitas. Amarta:jakarta.
|
15.
|
Kembangkan kerangka tulisan
yang telah Kalian buat menjadi sebuah karya tulis sederhana minimal 500 kata!
|
3. Pedoman
Penskoran
No.
|
Aspek
Penilaian
|
Skor
|
1.
|
Siswa dapat
menyebutkan
sistematika penulisan karya tulis ilmiah dengan tepat.
|
10
|
2.
|
Siswa dapat
menyebutkan 4 langkah penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
3.
|
Peserta
didik dapat menentukan
topik karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
4.
|
Peserta
didik dapat menjelaskan
cara mengumpulkan data karya tulis ilmiah dengan benar.
|
5
|
5.
|
Peserta
didik dapat menguraikan
bagian pendahuluan karya tulis ilmiah dengan benar.
|
15
|
6.
|
Peserta
didik dapat menjelaskan
secara
singkat bagian
pembahasan karya tulis ilmiah secara singkat dengan benar.
|
10
|
7.
|
Peserta
didik dapat menguraikan secara singkat bagian penutup karya tulis ilmiah dengan benar.
|
10
|
8.
|
Peserta
didik dapat menuliskan
daftar pustaka karya tulis ilmiah dengan tepat.
|
10
|
9.
|
Peserta
didik dapat menuliskan
karya tulis
ilmiah sederhana minimal 500 kata.
|
20
|
|
Skor Maksimum
|
100
|
RUBRIK PENILAIAN KARYA
ILMIAH
No.
|
Aspek
yang dinilai
|
Hasil
Penilaian
|
Skor
|
||
Sangat
Baik
|
Cukup
Baik
|
Kurang
|
|
||
1
|
Judul (singkat, jelas, menarik)
|
20
|
10
|
5
|
|
2
|
Pendahuluan (lengkap, runtut, jelas)
|
20
|
10
|
5
|
|
3
|
Pembahasan (lengkap, runtut, jelas)
|
20
|
10
|
5
|
|
4
|
Penutup (singkat, tepat, jelas)
|
20
|
10
|
5
|
|
5
|
Daftar Pustaka
|
20
|
10
|
5
|
|
Mengetahui Tempat, 2012
Kepala sekolah, Guru
Mata Pelajaran
REFERENSI
Anglin, G. J.
(2011). Instructional Technology Past,
Present, and Future. California, USA: ABC-CLIO,LLC.
Arisandi, Denny.(2012).Pengertian prilaku. Diakses pada tanggal 27 februari 2012 dari arisandi.com/pengertian-perilaku/Cached –
Belawati,
T. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Chaeruman,
A. Uwes. Evaluasi Formatif. http://teknologipendidikan.
web.id/ ?tag n=evaluasi-formatif. Di Akses tanggal 14 April 2012.
Darmadi,
H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Djamarah, B.S., & Zain, A. (2002). Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fauzi, A.(2012). Analisis karakter siswa.Diakses pada tanggal 27 februari 2012 dari www.pengantarpendidikan.files.wordpress.com/analisis
Gafur, A. (2004). Pedoman Penyusunan
Materi Pembelajaran (Instructional Material. Jakarta: Depdiknas.
Hernawan, A.
(2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Harun,FR.
(2004). Penilaian dalam Pendidikan.
Medan: USU Library.
http://blog.unsri.ac.id/Agung/makalah/perumusan-tujuan
pembelajaran/ mrdetail/ 11168 diakses pada 18 Februari 2012.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/12/perumusan-tujuan-instruksional-khusus di- akses
pada 18 Februari 2012.
http://ustadsatria.blogspot.com/2009/01/tujuan-intruksional-dan-tujuan.html diakses pada
18 Februari 2012.
http://www.artikelbagus.com/2011/06/tujuan-instruksional.html di akses
pada 18 Februari 2012.
http://www.infodiknas.com/manfaat-tujuan-pembelajaran-khusus-dalam-proses-belajar-mengajar/ diakses
pada 18 februari 2012.
http://yudhy91handsomemale.blogspot.com/2010/07/tujuan-instruksional-umum-dan-tujuan.html di akses
pada 18 februari 2012.
Lubis, A.L. (2012). Perpustakaan untuk
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Harian
Analisa Opini - Rabu, 29 Feb
2012 00:41 WIB Diunduh 8 April 2012.
Morrison, Ross &
Kemp. (2007). Designing Effective Instruction.
USA: Jonh Wiley & Sons,Inc.
Munthe, Bermawy. (2009). Desain
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Seels, Barbara B & Richey, Rita C.
(1994). Teknologi Pembelajaran: Kawasan
dan definisi. Jakarta: IPTPI bekerjasama dengan FIP UNJ Jakarta.
Soedjarwo. (1984). Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gelora
Pratama.
Soekartawi,
S. Dkk. (1995). Meningkatkan Rancangan Instruksional (Instructional Design).
Jakarta: Raja Grafindo.
Suparman, M. A. (2004). Desain
Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
0 komentar